History Slackline Di Indonesia
Perkembangan Slackline di Indonesia
Sejak olah raga panjat tebing modern masuk dan dikembangkan di Indonesia oleh Skygers (perguruan memanjat tebing Indonesia) pada tahun 1980 an, saat itu juga olah raga keseimbangan di atas kabel baja dan tali mulai di geluti untuk menunjang aktifitas panjat tebing.
Harry Suliztiarto (pendiri panjat tebing di Indonesia) menceritakan pengalamannya di Bandung, diawali pada tahun 1983 dia mendapatkan beasiswa dari Jayagiri untuk sekolah di International School of Mountaineering (ISM) Swiss, saat selesai dan pulang ke Indonesia dia membawa buku dan video tentang panjat tebing yang isinya ada beberapa foto dan cuplikan latihan keseimbangan di atas kabel baja, ditambah lagi salah satu majalah amerika saat itu memberitakan aktifitas yang sama yaitu latihan keseimbangan di atas kabel baja untuk menunjang kegiatan utamanya yaitu panjat tebing. Terinspirasi dari foto di buku panjat tebing dan pemberitaan majalah Amerika, mereka pun (Skygers) segera mengikuti latihan tersebut dengan melakukan latihan berjalan di atas kabel baja dan tali.
Perkembangan olah raga keseimbangan di atas tali tidak terlalu populer di Indonesia saat itu, hanya dari beberapa kalangan pegiat panjat tebing saja yang melakukan kegiatan ini. Pelaku yang terlibat dalam olahraga keseimbangan di atas tali saat itu diantaranya Mamay Salim, Sandi (alm), Packong (alm), Herry Hermanu, Harry Suliztiarto, Djati Pranoto, dan Adyana.
Adyana, Tebing Citatah 125 Jabar, 1988
Kegiatan ini mulai populer kembali dan berkembang pada tahun 2011 setelah Pushing Panda (komunitas ekstrim outdoor Bandung) mulai menggeluti dan mempopulerkan slackline modern pada masyarakat umum. Di awal tahun 2011 Mulyana dan Iding mulai berlatih berjalan di atas tali pipih dengan lebar 2,5 cm di daerah Kalimantan sebagai selingan pengisi waktu luang saat libur bekerja, saat kembali ke Bandung mereka bertemu dengan Mulyadi yang membantu mencari informasi mengenai aktifitas kegiatan ini di internet. Saat itu juga mereka mulai mengajak dan mempengaruhi teman-teman dilingkungan komunitasnya untuk berlatih slackline. Masih di tahun yang sama mereka (Pushing Panda) bertemu dengan seseorang bernama Ming, dia memberikan alat slackline set dengan lebar 5 cm untuk dipakai berlatih, ternyata dia sudah lebih dulu mengenal slackline dan punya berbagai macam tipe tali slackline.
Iding saat latihan di Kalimantan
Tahun berikutnya 2012 Pushing Panda mulai mengikuti kompetisi slackline secara online “King Of Slackline” yang diikuti oleh peserta di seluruh dunia, saat itu peserta dari Indonesia hanya 2 orang yaitu Mulyadi dan Mulyana. Sepanjang tahun 2012 Pushing Panda mempublikasikan aktifitasnya dengan membentuk Komunitas Bandung Slacklines untuk menampung para slackliners (sebutan untuk pegiat slackline) di kota Bandung, tampil pada berbagai macam event anak muda di kota Bandung serta liputan pada berbagai media cetak dan elektronik swasta dan nasional. Sejak saat itu slackline di Indonesia mulai menggeliat dan mulai muncul beberapa komunitas di berbagai daerah.
Pada tahun 2013 slackline di Indonesia semakin ramai oleh pemberitaan dari berbagai media cetak lokal dan nasional setelah datangnya atlit slackline pro “Gibbon Slacklines” asal Estonia yaitu Jaan Roose dan Jan Kaeding dari Jerman ke Bandung untuk menunjukan kepiawaiannya bermain slackline dan melakukan coaching clinic pada slackliners Bandung.
Jaan Roose melakukan “flip” saat di Bandung
Kompetisi Slackline Nasional pertama di Indonesia dilaksanakan di kota Bandung pada bulan Desember 2013 yang diikuti oleh 16 peserta dari berbagai komunitas di Indonesia, diantaranya Bandung, Bogor, Cimahi, Jogja. Saat itu Mulyadi (Bandung) menempati posisi pertama, Ceppy (Bandung) posisi kedua, Reza (Bandung) pada posisi ketiga, dan Jhon (Bandung) pada posisi keempat.
Para Juara kompetisi slackline pertama di Indonesia 2013
Perkembangan slackline semakin terlihat pada saat kompetisi slackline secara online (King Of Slackline 2014) diselenggarakan, sekitar 15 orang slackliners mewakili Indonesia tampil dalam ajang adu gengsi dengan negara lain di seluruh Dunia.
Saat ini sudah ada beberapa komunitas slackline di Indonesia yang aktif diantaranya: Pushing panda, Bandung Slacklines, Aeroline Cimahi, Slackline of Southern Soreang, Freeslack Crew Surakarta, Indoslackline Purwokerto, Namek Slackline Jogja, Indo Slackline Jakarta, 3V Slackline bali, Slacklines Bali, Surabaya Slackline, Crex Borneo.
Slackline saat ini tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa saja, anak-anak dan orang tua juga bisa melakukan kegiatan olah raga ini untuk melatih keseimbangan.
Anak-anak sekolah sedang belajar berjalan di atas tali
Menurut Hayley Asburn (2011: 26), semua bermula dari berjalan di atas tali (rope walking), rope walking merupakan “mother of slacklining”. Seperti para slackliner, rope walker juga menggunakan tali untuk menyetabilkannya. Rope walking memiliki sejarah yang sangat panjang dan menginspirasi ide bermain slackline.
Saat ini siapapun bisa menikmati kegiatan keseimbangan setelah perkembangan alat yang cukup panjang dalam sejarah panjang Funambulis.
- Mulyadi -
Referensi:
- Hayley Asburn, (2011), Modern Slacklining, Colorado: Canaima Outdoors
Comments
Post a Comment